06 Maret 2009

SEBUTIR PESONA DARI KAPUAS

Sebuah kota di ujung Kalteng
Menyimpan sebutir pesona
Terbungkus dalam pribadi yang lucu
Muncul di tengah deru kotaku

Tawa yang gelak senyum yang lugu
Terformasi di atas wajah yang bebas
Bicaranya panjang tanpa tanda baca
Bercerita semua tentang hidup gemilangnya

Sifatnya ceria tak pernah susah
Mungkin habis ditempa beratnya Jogja
Etos kerja yang hebat jadi inspirasiku
Motivasi indah bagi potensiku yang kendur

Urat wajahnya lelah saat mendengar ceritaku
Atau bila logat kampungku menggoda telinganya
Bila lampu mati menakutkannya
Kutemani meski hingga malam-malam buta

Gerak mulutnya manis waktu untai-untai spagetti dikunyahnya
Ada pula senampan kecil pizza bersorak saat ditusuk garpunya
Tapi dia menyesal kenapa tidak pesan burger
Biarlah twilight menghibur perut yang lagi maag

“Selamat siang”, begitu suaranya di telpon kantor
Kukuping dari panggilan yang menunggu
Bila suntuk gara-gara bos yang suka menyuruh
Menyalalah ringtone di hapeku.

Sepatunya keras memecah tangga mall
Meski malam menindih kelopak mata
Apabila ada kesempatan akan kujaga dia
Seperti kusambut gelayut lengannya di pangkal lenganku yang kurus

Mengapa cahayanya hadir padaku
Gara-gara usilnya seorang kawan
Mungkin Tuhan juga sedang usil
Mengusik kesedihan yang kunikmati

Aku tak mampu menahan langkahku
Demi membuka mata dan hangatnya peluk
Menunggu pudar buruknya nasib
Mendobrak semua prinsi hidup

Jika hati telah terbuka,
Kupetik sebutir pesona di Kapuas

BAGAIMANA JIKA USTADZ LIHAN MEMBELI SEBUAH KLUB SEPAKBOLA DI INGGRIS

Beberapa bulan lalu saya diminta beberapa santriwati di Darul Hijrah Putri untuk membimbing dan mendampingi mereka untuk mengikuti sebuah lomba debat bahasa Inggris di sebuah SMA di Banjarmasin. Kami terkejut dengan salah satu tema debat yang disodorkan panitia: “The sun rises from the east”, sebuah kalimat yang benar-benar aneh untuk dijadikan tema lomba debat. Saya telpon ketua panitia untuk menanyakan hal itu. Dengan polos setelah menyatakan bahwa tema itu sengaja dibuat agar menarik perhatian peserta, ia menerangkan bahwa maksud tema itu adalah kecendurangan pengusaha-pengusaha Asia menguasai pasar bisnis Eropa pada beberapa masa belakangan ini.
Cukup beralasan, sebab akhir-akhir ini memang banyak pengusaha Asia yang melebarkan sayap di bisnis-bisnis Eropa. Mungkin Jepang sudah terlebih dahulu beraksi lewat Yamaha, Suzuki, Honda, dan lain-lain, namun Samsung, Hyundai, Petronas, Fly Emirates adalah fenomena yang sungguh menarik. Bahkan yang paling up to date adalah kebijakan bisnis minyak Arab yang sempat membuat Amerika kalang kabut dihantam krisis ekonomi.
Tak terkecuali bisnis klub sepakbola. Bagi yang menyukai sepakbola pasti mengenal Manchester United, Chelsea, Liverpool, Fulham dan Manchester City. Klub-klub sepakbola Inggris itu dimiliki oleh pengusaha-pengusaha yang bukan orang Inggris. Justru Fulham dan Manchester City sekarang dipegang oleh orang-orang Asia. Fulham sekarang dimiliki oleh sebuah keluarga kaya asal Kuwait, sedang Manchester City pernah dimiliki oleh seorang taipan Asia asal Thailand, Takhsin Sinawatra, mantan perdana menteri Thailand yang tersangkut kasus korupsi di negaranya yang membuatnya terpaksa menyerahkan klub asal kota Manchester itu kepada pengusaha Arab kaya, Syekh Mansour. Karena itu, Manchester City adalah kasus yang paling menarik.
Kini sang Syekh menguasai sebagian besar saham Manchester City dan dengan kekayaannya yang didapat dari bisnis minyak itu berhasil membeli Robinho, Shawn Wright-Philips, dan Wayne Bridge, dua pemain bola besar yang sudah sangat terkenal. Bahkan kabar terakhir menyebutkan Kaka, pemain bintang yang sekarang bermain di AC Milan, klub sepakbola raksasa asal kota Milan di Italia, sempat menyatakan setuju untuk bergabung bersama Manchester City, suatu hal yang tidak dapat dilakukan klub sepakbola besar seperti Real Madrid, Barcelona, Inter Milan, Chelsea, Liverpool, dan Arsenal. Syekh Mansour benar-benar membawa angin segar bagi penggemar Manchester City yang sekitar lima tahunan lalu klub itu jungkir balik mempertahankan posisi di English Premier League (Kompetisi Liga Sepakbola Divisi Utama Inggris). Kini Manchester City masih berada di papan tengah klasemen dengan sederet pemain bintangnya. Ada seorang analis sepakbola berpendapat, Syekh Mansour tinggal merekrut seorang pelatih hebat seperti Marcelo Lippi, Ferguson, Roberto Mancini atau Rafael Benitez, maka Manchester City akan jadi salah satu klub sepakbola terbesar dan terhebat di dunia. Dengan kepemilikannya atas Manchester City, kini Syekh Mansour dinobatkan sebagai pemilik klub sepakbola terkaya di dunia, lebih kaya dari Roman Abramovich, seorang miliarder asal Rusia pemilik klub Chelsea yang sebelumnya memegang mahkota pemilik klub sepakbola terkaya itu.
Bagaimana dengan Ustadz Lihan? Pengusaha asal Cindai Alus Martapura itu yang juga merupakan alumni Pondok Darul Hijrah Putra, pernah mengajar di Pondok Darul Hijrah Putri, mendirikan majalah santriwati “Akram” yang kini sudah tidak terbit lagi, dan rumahnya berada tepat di belakang gedung Ummi Hani Pondok Darul Hijrah Putri itu dapat dinilai sebagai pengusaha muda tersukes di Indonesia. Limpahan rezeki yang didapat beliau dari berbagai usaha itu benar-benar membuat beliau menjadi seseorang yang terpandang di banua kita.
Berawal dari profesi sebagai seorang Ustadz di Pondok Darul Hijrah Putra dan Putri, gebrakan beliau berlanjut kepada bisnis intan yang akhirnya menjadi kerajaan bisnis maha-megah. Banyak perusahaan yang berdiri atas nama beliau, seperti Operational Center TV Kabel Ira Vision, Property Dealer Kota Santri dan masih banyak lagi yang kesemuanya berada dalam perusahaan induk PT. Tri Abadi Mandiri. Bahkan, kini beliau mencoba bergerak di bisnis komunikasi dengan produk provider internet Han n’ Ruf yang disinyalir bakal menyaingi Speedy. Beliau juga banyak mengadakan even-even besar dengan dipromotori oleh PT. Tri Abadi Mandiri, seperti penyaluran bantuan bagi Dhu’afa, dan mega konser Idul Fitri yang diisi artis-artis besar nasional seperti Gigi, Ungu, Rossa di Jakarta beberapa waktu lalu. Ustadz Lihan juga sempat membuat kehebohan, seperti membeli intan terbesar yang pernah ditemukan seharga lebih 1 miliyar rupiah, mengalahkan tawaran miliarder-miliarder luar negeri yang juga berminat membelinya (bukan kehebohan seperti menikahi artis kayak Aman Jagau). Terakhir, beliau berhasil membuat rekor MURI dengan mengadakan even Chatting Terbanyak yang diikuti oleh ribuan orang di Banjarbaru beberapa waktu lalu sebagai acara Launching produk Han n’ Ruf-nya.
Kesuksesan beliau juga dibarengi dengan keinginan berbagi. Sejauh ini telah terbit dua buku yang mengangkat Ustadz Lihan. Pertama, terbit di awal 2008 sebuah buku berjudul “Lihan, Ustadz Pengusaha” yang nampaknya digagas oleh Ustadz Lihan sendiri. Buku ini memaparkan riwayat hidup Ustadz Lihan yang tentu saja menyebut Darul Hijrah sebagai salah satu pelabuhan pendidikan beliau. Yang terpenting, tentu (sedikit) diungkapkan rahasia bisnis Ustadz Lihan. Buku ini ditulis oleh satu tim penulis di bawah arahan Ustadz Darmawan yang juga pernah mengajar di Pondok Darul Hijrah. Sedangkan buku kedua berjudul “Ustadz Pun Bisa Menjadi Pengusaha B(e)rilian”, tulisan Ahmad Bahar. Ditambah lagi, Ustadz Lihan juga sering diminta memberikan materi dalam berbagai ajang seminar, kuliah, dan lain sebagainya yang tentu saja berisi materi perbisnisan dengan artikulasi keislaman. Hal ini menjadikan Ustadz Lihan, sang Ustadz Pengusaha, terkemuka tidak hanya dalam hal bisnis namun juga dalam usaha menumbuhkan bibit pengusaha di kalangan generasi muda dengan jiwa keislaman, tidak hanya di Indonesia namun juga di luar negeri (konon Ustadz Lihan sering berangkat ke luar negeri dengan tujuan selain membangun jaringan bisnis, juga memberikan wejangan-wejangan bisnis).
Fenomena Ustadz Lihan makin menyeruak karena dalam usaha menjalankan perusahaan, beliau memakai teknik investasi, yakni menerima dana investasi dari siapa saja untuk kemudian dijalankan dalam bisnis beliau yang keuntungannya dibagi antara beliau sendiri dengan para investor. Teknik ini tentu sangat menguntungkan secara ekonomi bagi banyak orang yang menginvestasikan dana kepada beliau. Hal ini dan sekian banyak usaha beliau dalam membangun daerah membuat beliau mendapatkan anugerah dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) sebagai pengusaha yang berhasil membangun daerah.
Memang, demikianlah rencana Tuhan dalam memberikan kelebihan pada satu orang dan kekurangan pada orang lainnya. Orang yang punya kelebihan adalah dia yang memiliki tanggung jawab melakukan suatu kebaikan bagi orang lain. Nampaknya Tuhan menciptakan manusia dalam rangka saling berbagi, sehingga wajar jika kita memiliki kelebihan di satu bidang, namun kurang di bidang lain. Mungkin hal inilah yang disadari Bruce Wayne yang berkeliaran dengan kostum kelelawar dan menangkapi penjahat di malam hari setelah menguping nasihat Ben Parker kepada Peter Parker yang meratapi kematian pamannya itu untuk kemudian ia mengklaim diri sebagai Spiderman.
Keberhasilan Ustadz Lihan dalam membangun daerah nampaknya akan terus berlanjut dan bisa saja meningkat kepada membangun bangsa. Kesuksesan yang begitu gemilang tentunya akan semakin lengkap jika beliau mulai bergerak dalam usaha membangun bangsa, sebab itulah tuntutan idealistis bagi orang-orang yang memiliki kekuatan untuk berbuat kebaikan. Satu hal yang bisa dilakukan beliau adalah membeli sebuah klub sepakbola di Inggris. Kerajaan bisnis yang terus berekspansi dan kecenderungan pengusaha-pengusaha Asia yang mulai merangkul bisnis Eropa memungkinkan beliau melakukan hal tersebut. Memang, ini adalah persoalan gengsi. Gengsi bagi bangsa Indonesia yang masih dianggap terbelakang meski banyak prestasi dan menghabiskan banyak dana untuk ikut serta di berbagai ajang olimpiade olahraga dan olimpiade sains (termasuk “pertandingan” korupsi, tenaga kerja, dan prostitusi). Itu semua dilakukan demi sebuah gengsi kebangsaan guna membangun mental bangsa. Membangun mental bangsa juga bagian dari pembangunan bangsa itu sendiri, sebagaimana dinyatakan Soekarno saat diwawancarai oleh seorang wartawan Amerika perihal inisiatifnya membangun Monumen Nasional (Monas) di tengah melaratnya bangsa Indonesia di awal era kemerdekaan. Jadi, tidak ada salahnya jika Ustadz Lihan yang saat ini sedang berada di masa puncak kesuksesan dan nampaknya akan terus sukses di kemudian hari, membeli sebuah klub sepakbola di Inggris yang kata banyak orang “sangat lezat” sebagai lapangan bisnis.
Apalagi, jika nantinya Ustadz Lihan berhasil memiliki salah satu klub sepakbola di Inggris, pengaruh yang akan timbul tidak hanya pada kebanggaan bangsa Indonesia karena anak bangsanya sudah mengangkat namanya, namun juga berpengaruh pada perkembangan sepakbola Indonesia yang selalu bermimpi bisa berbicara di kancah sepakbola dunia tapi tiak pernah kesampaian. Selain itu, sebagai seorang ustadz beliau juga bisa bergerilya menyiarkan Islam di tanah Eropa bahkan dunia, seperti halnya nabi Muhammad yang berhasil membuat seorang pegulat yang sangat kuat masuk Islam setelah kalah berduel dengan Rasul.
Hanya saja, keputusan ini tergantung keputusan Ustadz Lihan sendiri. Apakah dalam berbuat sesuatu bagi bangsa beliau memilih jalan yang praktis tapi hasilnya tidak kelihatan oleh kasat mata dengan cara mengangkat nama bangsa di kancah sepakbola Inggris tadi, ataukah jalan yang berproses panjang tapi lebih terlihat nyata di mata masyarakat kita dengan melanjutkan gerakan-gerakan yang suah ada? Ataukah memilih jalan yang lain lagi? Semua tergantung pada bagaimana aksi dan kiprah beliau sebagai figur nantinya yang saat ini telah mendapat tempat di hati masyarakat baik sebagai pengusaha, ustadz, maupun sebagai interpreneur. Jadi, bagaimana Ustadz?