06 Maret 2009

BAGAIMANA JIKA USTADZ LIHAN MEMBELI SEBUAH KLUB SEPAKBOLA DI INGGRIS

Beberapa bulan lalu saya diminta beberapa santriwati di Darul Hijrah Putri untuk membimbing dan mendampingi mereka untuk mengikuti sebuah lomba debat bahasa Inggris di sebuah SMA di Banjarmasin. Kami terkejut dengan salah satu tema debat yang disodorkan panitia: “The sun rises from the east”, sebuah kalimat yang benar-benar aneh untuk dijadikan tema lomba debat. Saya telpon ketua panitia untuk menanyakan hal itu. Dengan polos setelah menyatakan bahwa tema itu sengaja dibuat agar menarik perhatian peserta, ia menerangkan bahwa maksud tema itu adalah kecendurangan pengusaha-pengusaha Asia menguasai pasar bisnis Eropa pada beberapa masa belakangan ini.
Cukup beralasan, sebab akhir-akhir ini memang banyak pengusaha Asia yang melebarkan sayap di bisnis-bisnis Eropa. Mungkin Jepang sudah terlebih dahulu beraksi lewat Yamaha, Suzuki, Honda, dan lain-lain, namun Samsung, Hyundai, Petronas, Fly Emirates adalah fenomena yang sungguh menarik. Bahkan yang paling up to date adalah kebijakan bisnis minyak Arab yang sempat membuat Amerika kalang kabut dihantam krisis ekonomi.
Tak terkecuali bisnis klub sepakbola. Bagi yang menyukai sepakbola pasti mengenal Manchester United, Chelsea, Liverpool, Fulham dan Manchester City. Klub-klub sepakbola Inggris itu dimiliki oleh pengusaha-pengusaha yang bukan orang Inggris. Justru Fulham dan Manchester City sekarang dipegang oleh orang-orang Asia. Fulham sekarang dimiliki oleh sebuah keluarga kaya asal Kuwait, sedang Manchester City pernah dimiliki oleh seorang taipan Asia asal Thailand, Takhsin Sinawatra, mantan perdana menteri Thailand yang tersangkut kasus korupsi di negaranya yang membuatnya terpaksa menyerahkan klub asal kota Manchester itu kepada pengusaha Arab kaya, Syekh Mansour. Karena itu, Manchester City adalah kasus yang paling menarik.
Kini sang Syekh menguasai sebagian besar saham Manchester City dan dengan kekayaannya yang didapat dari bisnis minyak itu berhasil membeli Robinho, Shawn Wright-Philips, dan Wayne Bridge, dua pemain bola besar yang sudah sangat terkenal. Bahkan kabar terakhir menyebutkan Kaka, pemain bintang yang sekarang bermain di AC Milan, klub sepakbola raksasa asal kota Milan di Italia, sempat menyatakan setuju untuk bergabung bersama Manchester City, suatu hal yang tidak dapat dilakukan klub sepakbola besar seperti Real Madrid, Barcelona, Inter Milan, Chelsea, Liverpool, dan Arsenal. Syekh Mansour benar-benar membawa angin segar bagi penggemar Manchester City yang sekitar lima tahunan lalu klub itu jungkir balik mempertahankan posisi di English Premier League (Kompetisi Liga Sepakbola Divisi Utama Inggris). Kini Manchester City masih berada di papan tengah klasemen dengan sederet pemain bintangnya. Ada seorang analis sepakbola berpendapat, Syekh Mansour tinggal merekrut seorang pelatih hebat seperti Marcelo Lippi, Ferguson, Roberto Mancini atau Rafael Benitez, maka Manchester City akan jadi salah satu klub sepakbola terbesar dan terhebat di dunia. Dengan kepemilikannya atas Manchester City, kini Syekh Mansour dinobatkan sebagai pemilik klub sepakbola terkaya di dunia, lebih kaya dari Roman Abramovich, seorang miliarder asal Rusia pemilik klub Chelsea yang sebelumnya memegang mahkota pemilik klub sepakbola terkaya itu.
Bagaimana dengan Ustadz Lihan? Pengusaha asal Cindai Alus Martapura itu yang juga merupakan alumni Pondok Darul Hijrah Putra, pernah mengajar di Pondok Darul Hijrah Putri, mendirikan majalah santriwati “Akram” yang kini sudah tidak terbit lagi, dan rumahnya berada tepat di belakang gedung Ummi Hani Pondok Darul Hijrah Putri itu dapat dinilai sebagai pengusaha muda tersukes di Indonesia. Limpahan rezeki yang didapat beliau dari berbagai usaha itu benar-benar membuat beliau menjadi seseorang yang terpandang di banua kita.
Berawal dari profesi sebagai seorang Ustadz di Pondok Darul Hijrah Putra dan Putri, gebrakan beliau berlanjut kepada bisnis intan yang akhirnya menjadi kerajaan bisnis maha-megah. Banyak perusahaan yang berdiri atas nama beliau, seperti Operational Center TV Kabel Ira Vision, Property Dealer Kota Santri dan masih banyak lagi yang kesemuanya berada dalam perusahaan induk PT. Tri Abadi Mandiri. Bahkan, kini beliau mencoba bergerak di bisnis komunikasi dengan produk provider internet Han n’ Ruf yang disinyalir bakal menyaingi Speedy. Beliau juga banyak mengadakan even-even besar dengan dipromotori oleh PT. Tri Abadi Mandiri, seperti penyaluran bantuan bagi Dhu’afa, dan mega konser Idul Fitri yang diisi artis-artis besar nasional seperti Gigi, Ungu, Rossa di Jakarta beberapa waktu lalu. Ustadz Lihan juga sempat membuat kehebohan, seperti membeli intan terbesar yang pernah ditemukan seharga lebih 1 miliyar rupiah, mengalahkan tawaran miliarder-miliarder luar negeri yang juga berminat membelinya (bukan kehebohan seperti menikahi artis kayak Aman Jagau). Terakhir, beliau berhasil membuat rekor MURI dengan mengadakan even Chatting Terbanyak yang diikuti oleh ribuan orang di Banjarbaru beberapa waktu lalu sebagai acara Launching produk Han n’ Ruf-nya.
Kesuksesan beliau juga dibarengi dengan keinginan berbagi. Sejauh ini telah terbit dua buku yang mengangkat Ustadz Lihan. Pertama, terbit di awal 2008 sebuah buku berjudul “Lihan, Ustadz Pengusaha” yang nampaknya digagas oleh Ustadz Lihan sendiri. Buku ini memaparkan riwayat hidup Ustadz Lihan yang tentu saja menyebut Darul Hijrah sebagai salah satu pelabuhan pendidikan beliau. Yang terpenting, tentu (sedikit) diungkapkan rahasia bisnis Ustadz Lihan. Buku ini ditulis oleh satu tim penulis di bawah arahan Ustadz Darmawan yang juga pernah mengajar di Pondok Darul Hijrah. Sedangkan buku kedua berjudul “Ustadz Pun Bisa Menjadi Pengusaha B(e)rilian”, tulisan Ahmad Bahar. Ditambah lagi, Ustadz Lihan juga sering diminta memberikan materi dalam berbagai ajang seminar, kuliah, dan lain sebagainya yang tentu saja berisi materi perbisnisan dengan artikulasi keislaman. Hal ini menjadikan Ustadz Lihan, sang Ustadz Pengusaha, terkemuka tidak hanya dalam hal bisnis namun juga dalam usaha menumbuhkan bibit pengusaha di kalangan generasi muda dengan jiwa keislaman, tidak hanya di Indonesia namun juga di luar negeri (konon Ustadz Lihan sering berangkat ke luar negeri dengan tujuan selain membangun jaringan bisnis, juga memberikan wejangan-wejangan bisnis).
Fenomena Ustadz Lihan makin menyeruak karena dalam usaha menjalankan perusahaan, beliau memakai teknik investasi, yakni menerima dana investasi dari siapa saja untuk kemudian dijalankan dalam bisnis beliau yang keuntungannya dibagi antara beliau sendiri dengan para investor. Teknik ini tentu sangat menguntungkan secara ekonomi bagi banyak orang yang menginvestasikan dana kepada beliau. Hal ini dan sekian banyak usaha beliau dalam membangun daerah membuat beliau mendapatkan anugerah dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) sebagai pengusaha yang berhasil membangun daerah.
Memang, demikianlah rencana Tuhan dalam memberikan kelebihan pada satu orang dan kekurangan pada orang lainnya. Orang yang punya kelebihan adalah dia yang memiliki tanggung jawab melakukan suatu kebaikan bagi orang lain. Nampaknya Tuhan menciptakan manusia dalam rangka saling berbagi, sehingga wajar jika kita memiliki kelebihan di satu bidang, namun kurang di bidang lain. Mungkin hal inilah yang disadari Bruce Wayne yang berkeliaran dengan kostum kelelawar dan menangkapi penjahat di malam hari setelah menguping nasihat Ben Parker kepada Peter Parker yang meratapi kematian pamannya itu untuk kemudian ia mengklaim diri sebagai Spiderman.
Keberhasilan Ustadz Lihan dalam membangun daerah nampaknya akan terus berlanjut dan bisa saja meningkat kepada membangun bangsa. Kesuksesan yang begitu gemilang tentunya akan semakin lengkap jika beliau mulai bergerak dalam usaha membangun bangsa, sebab itulah tuntutan idealistis bagi orang-orang yang memiliki kekuatan untuk berbuat kebaikan. Satu hal yang bisa dilakukan beliau adalah membeli sebuah klub sepakbola di Inggris. Kerajaan bisnis yang terus berekspansi dan kecenderungan pengusaha-pengusaha Asia yang mulai merangkul bisnis Eropa memungkinkan beliau melakukan hal tersebut. Memang, ini adalah persoalan gengsi. Gengsi bagi bangsa Indonesia yang masih dianggap terbelakang meski banyak prestasi dan menghabiskan banyak dana untuk ikut serta di berbagai ajang olimpiade olahraga dan olimpiade sains (termasuk “pertandingan” korupsi, tenaga kerja, dan prostitusi). Itu semua dilakukan demi sebuah gengsi kebangsaan guna membangun mental bangsa. Membangun mental bangsa juga bagian dari pembangunan bangsa itu sendiri, sebagaimana dinyatakan Soekarno saat diwawancarai oleh seorang wartawan Amerika perihal inisiatifnya membangun Monumen Nasional (Monas) di tengah melaratnya bangsa Indonesia di awal era kemerdekaan. Jadi, tidak ada salahnya jika Ustadz Lihan yang saat ini sedang berada di masa puncak kesuksesan dan nampaknya akan terus sukses di kemudian hari, membeli sebuah klub sepakbola di Inggris yang kata banyak orang “sangat lezat” sebagai lapangan bisnis.
Apalagi, jika nantinya Ustadz Lihan berhasil memiliki salah satu klub sepakbola di Inggris, pengaruh yang akan timbul tidak hanya pada kebanggaan bangsa Indonesia karena anak bangsanya sudah mengangkat namanya, namun juga berpengaruh pada perkembangan sepakbola Indonesia yang selalu bermimpi bisa berbicara di kancah sepakbola dunia tapi tiak pernah kesampaian. Selain itu, sebagai seorang ustadz beliau juga bisa bergerilya menyiarkan Islam di tanah Eropa bahkan dunia, seperti halnya nabi Muhammad yang berhasil membuat seorang pegulat yang sangat kuat masuk Islam setelah kalah berduel dengan Rasul.
Hanya saja, keputusan ini tergantung keputusan Ustadz Lihan sendiri. Apakah dalam berbuat sesuatu bagi bangsa beliau memilih jalan yang praktis tapi hasilnya tidak kelihatan oleh kasat mata dengan cara mengangkat nama bangsa di kancah sepakbola Inggris tadi, ataukah jalan yang berproses panjang tapi lebih terlihat nyata di mata masyarakat kita dengan melanjutkan gerakan-gerakan yang suah ada? Ataukah memilih jalan yang lain lagi? Semua tergantung pada bagaimana aksi dan kiprah beliau sebagai figur nantinya yang saat ini telah mendapat tempat di hati masyarakat baik sebagai pengusaha, ustadz, maupun sebagai interpreneur. Jadi, bagaimana Ustadz?


7 komentar:

Anonim mengatakan...

Tapi sayangnya sekarang ustad Lihan ditangkap karena tuduhan penipuan. Gimana tuh?

Anonim mengatakan...

KOLONI PENJERUMUS UMAT …… !

Semua penulis baik di mediamasa , website atau dalam penerbitan buku2 yang membuat stigma/sanjungan2 seolah2 Lihan adalah :
- Ustadz Milliarder dengan belasan asset perusahaan
- Ustadz yang berpenampilan sederhana dan dermawan
- Ustdz pengusaha yang brillian dengan investasi syariah/islami
- Dan banyak lagi sanjungan2 lainya
Tulisan2 anda salah satu yang punya andil untuk menggiring sebagian besar masyarakat kalsel terjebak dalam investasi “odong2 ini “
Lihan sebenarnya tidak ada apa2nya , tetapi terkesan jadi orang besar semua itu karena adanya propaganda. Penjerumus umat ……… !

Jangan lupa atas penderitaan ribuan masyarakat kalsel ini akan anda bawa sampai ke AKHIRAT nanti. Siapa tahu hari ini atau besok anda juga dipanggil sang Khaliq

Sujud ampun kepada Tuhan tidak ada artinya bila tidak ada kerelaan ribuan masyarakat kalsel yg dizalimi.

Ingaaaaaat …! wahai orang2 muslim ( kalu memang anda benar2 orang muslim) sudah ada beberapa investor yg sakit bahkan ada yg meninggal dunia akibat depresi berat. Kedepannya saya yakin akan lebih banyak lagi warga kalsel yg sengsara.
Apakah anda cuma bisa bilang … pasrahkan … ikhlaskan … tawaqqal … dll …dll.
Klise ……

Umur, nasib dan segala2nya memang atas kehendak Allah, tapi yg menjadi persoalan apa penyebabnya ……. ???

Anonim mengatakan...

Membaca tulisan anda diatas

Bahwa Ustadz Lihan dan Ustadz Darmawan Saputra melakukan bisnis intan di PT. TRI ABADI MANDIRI.
Kedua Ustadz itu adalah jebolan Pesantren Darul Hijrah.

Dalam penyidikan yg dilakukan oleh Polda Kalsel terbukti bisnis intan yg dilakukan mereka dg PT.Tri Abadi Mandiri ternyata fiktif. Dana masyarkat Rp.817 Milliar telah Raib dan asset2 Lihan yg masih tersisa sangat kecil, jauh dibawah nilai rupiah modal masyarakat.

Ustad Darmawan Saputra yg diberitakan Banjarmasin Post rumahnya disegel warga adalah salah seorang kolektor besar

Yaaaach ... sama-sama bergelar Ustadz dan sama-sama jebolan Pesantren "Darul Hijrah" juga sama-sama menjalankan investasi syariah.

Darul Hijrah memang TOOOOOOOP ....

Anonim mengatakan...

Waaah ..! tulisannya panjang banget. ternyata tujuannya ikut mempropagandakan Investasi Lihan dengan tujuan penipuan.

Sekarang terbukti ...

Anonim mengatakan...

Yunizar Ramadhani

* Umur: 25
* Jenis Kelamin: Pria
* Tanda Astrologi: Gemini
* Shio: Tikus
* Industri: Pendidikan
* Lokasi: Indonesia

Mengenai Saya

Born at Banjarmasin, June 11th 1984 Living in Banjarbaru, a small town at Kalimantan Selatan, Worker of Pon-Pes Darul Hijrah, Martapura

-----------------------------------

# Ooooo ....Ternyata dari Darul Hijrah juga ?

Sama donk dengan Ustadz Lihan dan Ustadz Darmawan Saputra

Ada apa niiih .. !

Farida Muftezar mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Roger mengatakan...

Ustads Lihan dan Ustads darmawan putra sama saja mereka berdua tuh adalah penipu. Homo kali mereka, moral bejat, Hidup hanya untuk menyusahkan masyarakat saja??? Belajar Agama tidak mempelajari hhal-hal tersebut, dasar manusia penipu!!! Tidak bisa berbisnis, tidak bisa bekerja namun mengakunya Pengusaha, Dasar Edan!