21 November 2007

MAHASISWA RUSAK CITRA MAHASISWA

Tanggal 1 November yang lalu, para mahasiswa dari berbagai organisasi kemahasiswaan dan berbagai Perguruan Tinggi, berunjuk rasa di pusat kota Banjarmasin. Demonstrasi dilakukan dengan mengelu-elukan ketidakbecusan kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta kabinetnya dalam mengelola negara. Kebetulan pada hari itu Presiden SBY sedang bertandang ke kota Banjarmasin, jadi mumpung SBY lagi ada di Banjarmasin, demonstrasi besar-besaran kayaknya asyik juga, begitu kira-kira pikiran mahasiswa saat itu. Dalam demo tersebut para mahasiswa ingin SBY mundur dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia. Mereka menilai SBY tidak dapat membawa bangsa ini kepada apa yag dicita-citakan, sehingga mundur adalah jalan terbaik bagi SBY.

Karena ini “demo akbar” para mahasiswa pun nampak begitu antusias, berpakaian lengkap dengan jas almamater, plus ikat kepala berwarna merah putih laiknya bendera negara, bendera berbagai organisasi kemahasiswaan, spanduk dan karton-karton bertuliskan aspirasi mereka, dan yang penting corong pengeras suara, capek khan teriak-teriak!

Sayang, usaha mereka dihalangi-halangi pihak kepolisian. Mereka dipaksa untuk bubar pada saat mereka lagi asik-asiknya berdemo. Menurut pihak kepolisian demo tersebut dilaksanakan tanpa izin, sehingga pantas dibubarkan. Lagian, para mahasiswa juga bikin kotor kota, sampai bakar ban segala dan membuang sampah sembarangan. Nah, kalo gitu pak Polisi bener tuh! Karena upaya menyampaikan aspirasi dihalangi, para mahasiswa pun berontak, dan tak ayal terjadilah bentrok fisik antara para mahasiswa dan aparat. Beberapa orang mahasiswa akhirnya menderita luka-luka dan beberapa mahasiswi ada yang pingsan. Kok cowoknya ngijinin aja? Kasian tuh dia…

Padahal pada hari itu, dilaksanakan acara pembukaan Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) yang kali ini Kalimantan Selatan menjadi tuan rumah even berskala nasional tersebut. Saat itu pembukaannya dilaksanakan di stadion 17 Mei Banjarmasin, kandangnya Barito Putra, hidup Barito! Nah, Presiden SBY datang ke kota Banjarmasin untuk membuka secara resmi kegiatan Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) tersebut, yang ternyata SBY mendapat sambutan yang “sangat hangat” dari para mahasiswa, demonstrasi minta dia mundur!

Kita begitu terkejut ketika mengetahui berita ini, dan kita sangat menyayangkan sikap gerakan mahasiswa Banjarmasin sekarang ini yang kita lihat semakin tidak bijak dan lebih menonjolkan egoisme organisasi ketimbang akal sehat. Bayangkan, hari itu adalah hari digelarnya pesta olahraga mahasiswa terbesar sejagad negeri ini. Sebagai tuan rumah, mahasiswa Banjarmasin seharusnya menyita perhatian mereka ke stadion 17 Mei dimana pembukaan Pomnas dilaksanakan, bukannya demonstrasi sampai bikin onar segala. Even Pomnas adalah acara mahasiswa, dilaksanakan oleh para mahasiswa, diikuti oleh para mahasiswa, dan untuk para mahasiswa juga. Dengan adanya demo tersebut nama baik mahasiswa Banjarmasin sebagai tuan rumah Pomnas bisa saja tercoreng oleh ulah mereka sendiri. Kalo bukan acara mahasiswa yang didatangi SBY waktu itu, kayaknya lumayan juga kalo mau demo, ini acara mahasiswa lho! Acara mahasiswa! Kasian kan panitia Pomnas yang rata-rata terdiri dari para mahasiswa juga, udah capek-capek bikin acara besar, eh malah dicoreng dengan demo tak berizin! Sampai bentrok dengan Polisi lagi! Emang ada pertandingan antara Barito dengan PSM ya?!

Rasa kecewa kita pun tidak hanya sampai di situ. Dalam aksi demo tersebut para mahasiswa membawa banyak bendera lambang organisasi kemahasiswaan. Ada bendera HMI, PMII, PII, BEM ini, BEM itu, dan lain-lain. Saking banyaknya, kalo lihat demo itu dari atas, kita cuma bisa lihat bendera-benderanya daripada para mahasiswanya. Menonjolnya bendera semakin menandakan bahwa gerakan mahasiswa Banjarmasin sekarang lebih mementingkan egoisme organisasinya daripada sikap ilmiahnya sebagai mahasiswa. Kalo mau demo, ya demo aja, ga usah nonjolin organisasi dong!

Ya, mahasiswa Banjarmasin telah terjebak pada fanatisme kelompoknya. Antusiasme untuk berorganisasi telah membuat jiwa mereka terkurung dalam permainan ego antar organisasi kemahasiswaan. Egoisme tersebut bukannya membuat mahasiswa bersikap ilmiah dan memahami organisasi, tapi justru membentuk pribadi-pribadi yang mudah membenci orang lain dan bisa membela yang salah dan memusuhi yang benar. Coba kita lihat saat ada Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) untuk memilih ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan anggota-anggota Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM), egoisme organisasi terasa sangat kentara, aroma permusuhan pun begitu jelas tercium antar organisasi kemahasiswaan yang mengusung kandidat-kandidatnya. Bahkan, Pemilwa di salah satu Perguruan Tinggi di Banjarmasin tahun 2006 lalu lebih cenderung bernuansa premanisme. Pada saat acara Debat Kandidat antar calon Presiden Mahasiswa, para pendukung calon-calon membawa parang, pisau, dan alat-alat tajam lainnya. Busyet deh! Itu Pemilwa atau perang sih?

Sikap ilmiah juga semakin berkurang dalam jiwa para mahasiswa. Forum-forum diskusi dan seminar-seminar terlihat sepi peserta, tulisan-tulisan ilmiah pun sudah jadi barang langka, buku-buku kehilangan pembacanya, perpustakaan juga tidak lagi jadi tempat baca buku, tapi jadi tempat ngeceng dan kenalan, atau bahkan ga dikunjungi sama sekali! Justru acara-acara kayak festival Band, pentas seni, atau demonstrasi, malah laris manis! Emang sih, lumayan bisa nampang dan berlagak kayak artis, atau kayak pahlawan reformasi, biar adik-adik mahasiswi terkagum-kagum!

Nah, sudah saatnya para mahasiswa Banjarmasin menimbang-nimbang dirinya dan kembali kepada jati diri mahasiwanya. Saatnya untuk kembali baca buku, menulis ilmiah, berdiskusi, menemukan pengetahuan baru, mengisi diri dan jiwanya dengan tradisi ilmiahnya. Biar nanti kalo udah balik ke masyarakat ga malu-maluin! Jangan sampai mahasiswa di mata masyarakat menjadi buruk. Apa jadinya kalo mahasiswa sudah tak lagi dipercaya sebagai tingkatan masyarakat yang tinggi derajatnya? Apalagi sampai terlibat skandal negatif seperti yang terjadi baru-baru ini di Banjarmasin: Seorang Presiden BEM di salah satu Perguruan Tinggi di Banjarmasin kedapatan lagi mesra-mesraan dengan seorang mahasiswi baru di kos-kosan ceweknya. Padahal “sang Presiden” udah menikah! apa ga malu-maluin tuh?!

Ayo reformasi diri, wahai mahasiswa Banjarmasin! Hidup Mahasiswa!

Tidak ada komentar: