24 November 2007

SIMBOL ISLAM


Tulisan ini disusun berdasarkan pertanyaan dari salah seorang murid di Pondok Darul Hijrah Putri, yang menanyakan tentang perihal simbol Agama Islam yang digambarkan dengan ikon bulan sabit dan bintang. Memang hampir seluruh agama manusia di dunia memiliki simbol-simbol tertentu. Buddha memiliki simbol swastika, atau patung Buddha, atau gambar candi; Hindu memiliki simbol dewa Krishna; Kristen memiliki simbol salib; Yahudi memiliki simbol bintang david berkuncup enam; dan lain-lain.

Islam sendiri digambarkan dengan ornamen bulan sabit dan sebuah bintang berkuncup lima tepat disamping bulan sabit itu. Simbol semacam ini banyak dimunculkan dalam berbagai bentuk, misalnya sebagai ujung pucuk kubah masjid, bendera negara yang “mengaku” bertata negara islami, lambang-lambang partai politik dan organisasi Islam, dan banyak lagi hal yang di sana bisa kita temukan ikon bulan sabit dan bintang ini, tentu saja hal tersebut selalu berhubungan dengan Islam, sehingga simbol ini telah terpatenkan sebagai simbol Islam.

Suatu simbol biasanya digunakan untuk menegaskan identitas si pemakai simbol. Simbol dimunculkan agar semua orang mengenal si pemakai simbol, sehingga jika orang-orang melihat sebuah simbol maka mereka dengan segera mengetahui identitas si pemakai simbol. Misalnya, jika kita melihat simbol burung garuda, maka kita akan selalu teringat dengan negara Indonesia. Terkadang simbol bisa berfungsi sebagai media komersial, sehingga dengan melihat simbol orang-orang akan tertarik dengan si pemakai simbol, misalnya jika kita melihat simbol pak tua berambut putih dan berjenggot lebat, maka kita akan ingat dengan restoran siap saji Kentucky Fried Chicken, lalu kita tertarik untuk makan siang di sana. Atau jika kita melihat simbol ka’bah, maka kita akan teringat dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), lalu kita tertarik untuk mencoblos partai politik itu dalam Pemilu. Bahkan, suatu simbol bisa saja berunsur politik. Misalnya, bendera Australia masih mencantumkan ikon bendera Inggris berupa garis biru merah berpalang dan bersilang, sebagai tanda bahwa Australia adalah negara bekas jajahan Inggris dan itu berarti bahwa Inggris sangat berkuasa. Ya, simbol sangat berguna sebagai penegas identitas.

Lalu bagaimana dengan Islam? Apakah Islam memang memiliki simbol bulan sabit dan bintang? Mengapa Islam sebagai sebuah agama menggunkan simbol tersebut? Apa yang melatarbelakangi penggunaan simbol tersebut? Well, we’re gonna find out, folks!

Islam sebenarnya tidak pernah mengklaim diri dan menggunakan suatu simbol tertentu, bahkan sejak zaman nabi Muhammad membangun agama ini. Jikapun ada, itu hanyalah berbentuk simbol sementara dan hanya digunakan dengan unsur politis. Rasulullah pernah menggunakan bendera yang seluruhnya berwarna hitam, tanpa lambang atau ornamen apapun, sebagai pembeda antara kaum muslimin dengan kaum kafir dalam perang atau sebagai media penegasan wilayah kaum muslimin. Bendera itu sendiri tidak pernah diasosiasikan kepada Islam secara pemanen dan secara keseluruhan, melainkan hanya dengan alasan politis. Kaum muslimin saat itu menyebut bendera tersebut dengan nama “al-‘Uqaab”.

Namun al-Uqaab bukanlah bendera yang pertama kali digunakan oleh nabi Muhammad. Bendera ini sebenarnya merupakan bendera suku Quraisy sebagai suku terkuat di jazirah Arab. Bendera ini dipakai sebagai simbol suku Quraisy sejak dipimpin oleh kakek nabi, Qusayy bin Kilab, yang membangun suku Quraisy dengan sistem politik dan sosial baru, sejak mereka merebut Ka’bah dari suku Khaza’ah , sehingga Quraisy pun menjadi suku yang amat sangat kuat dan terhormat. Tetapi al-Uqaab dimunculkan dengan tambahan ikon burung elang di tengah-tengah bendera tersebut. Kemudian, tidak diketahui keterangannya, nabi Muhammad membuang ikon burung elang tersebut dan menjadikan bendera tersebut berwarna hitam seluruhnya.

Pada zaman Khulafa al-Rasyidin pun tidak ada satu simbol atau bendera apapun yang disematkan kepada Islam. Para Khulafa al-Rasyidin pun hanya mengadopsi bendera al-Uqaab untuk dipakai bagi kepentingan politik mereka. Tentu saja lagi-lagi alasan penggunaan bendera tersebut hanya dalam kerangka pergulatan politik saja.

Baru pada era pemerintahan dinasti Umayyah yang beribukota Damaskus (sekarang di negara Suriah) menggunakan bendera berwarna berbeda sebagai simbol pemerintahannya. Dinasti Umayyah mengggunakan bendera berwarna putih, tanpa embel-embel apapun, dan tanpa ikon tambahan apapun. Tidak ditemukan keterangan yang otentik tentang mengapa dinasti Umayyah menggunakan bendera tersebut, baik ketika mereka berkuasa di damaskus ataupun di Spanyol setelah mereka tersingkir oleh dinasti Abbasiyah, namun satu hal yang dapat dinilai adalah bahwa bendera tersebut menyimbolkan betapa hebat dan besarnya kekaisaran dinasti Umayyah itu.

Dinasti Abbasiyah bersikap berbeda dengan dinasti Umayyah dalam menggunakan simbol. Abbasiyah menggunakan bendera berwarna hitam penuh, namun tidak ada hubungannya dengan al-Uqaab. Alasan penggunaan bendera hitam tersebut adalah sebagai penghormatan terhadap pimpinan dinasti Abbasiyah, Imam Ibrahim yang tewas dalam gerakan Hasymi, suatu gerakan untuk menyingkirkan dinasti Umayyah, yang selama itu Imam Ibrahim menggunakan bendera hitam penuh untuk pemerintahannya. Namun di bawah pemerintahan khalifah al-Ma’mun bendera tersebut dengan bendera berwarna hijau penuh, sebab sang khalifah mengangkat Imam Ali Rada yang notabene adalah keluarga Ali bin Abi Thalib sebagai putra mahkota, sedang keluarga Ali memakai warna hijau sebagai simbol marganya.

Setelah dinasti Abbasiyah runtuh, muncul dinasti Fatimiyah yang memerintah di Afrika Utara. Dinasti Fatimiyah merupakan kekaisaran yang menganut ajaran sekte Ismaili, salah satu sub-aliran radikal dalam aliran Syi’ah. Karena itulah, dinasti ini menggunakan simbol bendera warna hijau, sebagaimana dipakai oleh keluarga Ali.

Sejarah terus beranjut sampai pada pemerintahan kekaisaran dinasti Utsmaniyah di Turki. Dinasti inilah yang pertama kali menggunakan simbol bulan sabit dan bintang sebagai simbol pemerintahannya. Lalu darimanakah asalnya simbol bulan sabit dan bintang ini?

Para Arkeolog telah menemukan bahwa simbol bulan sabit dan bintang telah banyak digunakan oleh masyarakat jauh sebelum Islam berdiri. Simbol tersebut khusunya banyak digunakan sebagai simbol pemujaan dewi-dewi bulan. Lihatlah batu-batu prasasti dan patung-patung peninggalan masyarakat pra-Islam, seperti masyarakat Asia Tengah dan Siberia, yang menyimbolkan pemujaan terhadap dewi-dewi bulan, seperti batu-batu berukir dari Harran, kota pusat pemujaan dewi bulan ini, atau lihat batu berukir yang menggambarkan pemujaan terhadap dewi bulan Mesir, atau lihat patung dewi bulan Persia ini. Tidak diketahui simbol manakah yang diambil kekaisaran Turki Utsmani, namun keterangan yang paling masyhur adalah simbol bulan sabit dan bintang yang diidentikkan dengan simbol Islam ini berasal dari simbol dewi bulan Yunani bernama Artemis atau juga disebut Diana.

Tahun 339 Sebelum Masehi dulu, Byzantium (pada era selanjutnya menjadi Konstantinopel, dan sekarang dikenal sebagai kota Istanbul, ibukota Turki), negara kota adidaya pada zaman itu, berhasil menaklukkan Yunani. Dalam Mitologi Yunani ada dewi bulan yang bernama Diana yang disimbolkan dengan bulan sabit. Byzantium mengadopsi simbol tersebut sebagai penghormatan terhadap dewi bulan Diana.

Kemudian Byzantium ditaklukkan oleh kekaisaran Romawi pada tahun 330 sesudah Masehi, yang kemudian mengganti namanya menjadi Konstantinopel. Bangsa Romawi merupakan penganut agama Katolik Roma namun tetap mengadopsi simbol bulan sabit tadi sebagai simbol negara sambil menambahkan ikon bintang di samping bulan sabit itu. Tambahan satu bintang tersebut merupakan simbol penghormatan terhadap The Virgin Mary (Maria si Perawan). Mary diterjemahkan oleh al-Qur’an dengan kata “Maryam”, bunda nabi Isa.

Namun kemudian dinasti Turki Utsmani yang menganut agama Islam berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 Masehi, dan mengubah namanya menjadi Istanbul. Dinasti Turki Utsmani ini mengadopsi simbol kota yang telah ada sebelumnya, yakni bulan sabit yang telah ditambahkan dengan bintang, lalu menjadikannya simbol resmi kota Istanbul dan dinasti Turki Utsmani secara keseluruhan. Karena kekaisaran Turki Utsmani berdiri atas nama Islam, maka kekaisaran Turki Utsmani ini pun dikenal sebagai kekaisaran Islam. Kemudian karena kekaisaran Turki Utsmani ini merupakan kekaisaran Islam dan menjadikan simbol bulan sabit dan bintang sebagai simbol negara, maka akhirnya simbol bulan sabit dan bintang tersebut dianggap sebagai simbol Islam. Hal tersebut juga didorong karena dinasti Utsmani menggunakan simbol tersebut dalam berbagai bentuk, seperti pada arsitektur masjid, bendera negara, koin uang, dan lain-lain. Kemudian wilayah kekuasaan dinasti Turki Utsmani mencapai hampir seluruh belahan dunia, sehingga negara-negara kekuasaan dinasti Utsmani yang “diislamkan” pun mengikuti gaya Istanbul dalam menggunakan simbol, termasuk Samudera Pasai di Aceh (konon kerajaan Samudera Pasai pernah meminta bantuan politik dan militer kepada kekaisaran Turki Utsmani untuk menahan gempuran para penjajah Eropa). Last but not lease, makin patenlah simbol bulan sabit dan bintang sebagai simbol Islam dan masih dianggap sebagai simbol Islam hingga sekarang ini.

Pada periode selanjutnya, kekaisaran dinasti Utsmani berubah bentuk menjadi negara Republik Turki, namun negara ini tetap saja menggunakan ikon bulan sabit dan bintang pada bendera negaranya yang berwarna dasar merah. Namun Turki sekarang juga memiliki bendera simbol agama Islam dengan bentuk yang sama namun berwarna dasar hijau. Sekarang banyak negara yang “berhaluan” Islam, menggunakan ikon bulan sabit dan bintang pada bendera negaranya, seperti negara Malaysia, Pakistan, Tunisia, dan lain-lain.

Nah, itulah sejarah mengapa Islam memiliki simbol bulan sabit dan bintang. Namun perlu diingat bahwa walau bagaimana pun Islam tidak pernah mengidentifikasi diri dengan suatu simbol apa pun. Simbol hanya hanya digunakan Islam sebagai representasi gerakan politiknya, bukan melambangkan spiritualisme Islam, seperti halnya Buddha, Hindu, Sikh, Shinto, Kong Hu Chu, Kristen, Yahudi, dan lain sebagainya. Wallahu a’lam.

Dari Berbagai Sumber

3 komentar:

Fido Dido mengatakan...

Artikelnya di al-Hijrah keren bangettzz! Very enlightening piece and helps to dispel a lot of myth. Keep up the great work! Check out my blog if you have the time.

Cheers,
Azmil

Yunizar Ramadhani mengatakan...

Thanks, Fido. You've got very good articles at your blogs. keep in contacting me alright?

Rahma Mardina mengatakan...

u know what, this is also my question for years. Why crescent and star are used in most of mosques ...

so, thanks for the writing :D